09/10/2016
Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga
Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga merupakan semboyan yang nantinya akan dipahat di Tepas Salapan Lawang. Tepas Salapan Lawang, menjadi salah satu gerbang pintu masuk ke Kota Bogor yang sarat dengan nilai dan makna. Tepas lawang Salapan, yang akan diresmikan pada awal Desember 2016 ini, menjadi penguat identitas budaya Kota Bogor menjadi pelengkap Gerbang Akulturasi Lawang Suryakancana
Demikian dijelaskan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menjadi nara sumber dalam acara Talk Show dan Napak Tilas "Museum Zoologi Bogoriense (MZB), Sebagai Warisan Budaya dan Ilmu Pengetahuan Hayati". di Gedung Konservasi PKT Kebun Raya LIPI, Jl.Ir.H. Juanda No.3 Kota Bogor, Selasa (8/11/2016). Turut hadir sebagai pembicara Kang Eman Sulaeman dan S.Somadikarta.
Dihadapan peserta talk show Bima meceritakan pengalaman dan perubahan yang dialami Kota Bogor. Bima mengatakan, semboyan yang sekarang tengah dipahat di Tepas Salapan Lawang itu memiliki makna yang luar biasa. Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga.
“Apa yang kita nikmati saat ini merupakan jerih payah para pendahulu dan apa yang kita kerjakan hari ini akan dinikmati anak cucu kita kelak. Jadi ada yang mengalir dari masa ke masa, dari waktu ke waktu yang membuat kota ini menjadi lebih nyaman. Dan jika hal itu terputus akan bahaya,” jelas Bima.
Menurut Bima selama ini Pemerintah Kota Bogor senantiasa berikhtiar agar Kota Bogor tetap on the track. Sejarah itu tidak terputus, kebanggaan itu tidak berhenti dan memori itu coba dihadirkan kembali dalam bentuk kekinian. Menanggapi reaksi warga tentang Kota Bogor mau dibawa kemana, Bima menjelaskan prinsip Pemerintah Kota Bogor adalah Preserving The Heritage, Serving The People, Facing The Future.
”Menjaga nilai masa lalu, mengantisipasi dan menjemput masa depan untuk melayani warga. Dinamisme waktu harus diimbangi dengan perubahan kearah yang lebih baik. Dalam istilah sederhana Bogor itu Heritage City (Kota Pusaka), Green City (Kota Hijau) dan Smart City (Kota Cerdas). Ini yang membedakan Kota Bogor,” beber Bima.
Dalam kesempatan itu, Bima mengakui permasalahan sistem transportasi dan ketersediaan lahan parkir menjadi PR saat ini. Bima menuturkan, ketegasan dan disiplin dalam melaksanakan tata ruang merupakan hal utama menuju Kota Bogor sebagai Heritage City dan Green City.
Selain Bima hadir pula sebagai nara sumber Budayawan Eman Soelaeman yang menceritakan sejarah Bogor secara umum dan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kepala Museum Zoologi Bogor (MZB) periode 1962-1965 dan 1968-1970 S.Somadikarta menyampaikan MZB memang bukan museum tertua yang memiliki koleksi hayati tetapi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara. ”Museum itu memiliki fungsi sebagai penyaji kebenaran, pemupuk kejujuran, berbagi keadilan dan penyumbang peradaban manusia,” pungkas Somadikarta yang juga menjabat sebagai Guru Besar Emertus UI.(rabas/indra/ismet-eto)
0 Komentar:
Post a Comment